Kisah Si Liverpudlian yang Beristrikan Evertonian
Kamis, 06/09/2012 17:08 WIB
Browser anda tidak mendukung iFrame
FOTO:Presiden BIGREDS Fajar Nugraha bersama Hugh Hendrikson (Detiksport/Resha Pratama)
Liverpool - Si suami fans berat Liverpool FC, istrinya seorang suporter Everton. Bagaimana cerita mereka jika terjadi derby Merseyside?Detiksport berkenalan dengan Hugh Hendrikson (53), yang menjadi sopir mobil sewaan sekaligus tour guide rombongan kami saat mengunjungi markas Liverpool FC atas undangan PT Garuda Indonesia, akhir pekan lalu.
Tubuhnya besar, perawakannya cukup "keras" -- khas kelas pekerja, kaum sebuah kota pelabuhan. Meski begitu, keramahannya melayani kami membuat tampilan luarnya itu seakan sirna.
Ketika saya dan Fajar Nugraha, Presiden BIGREDS, mengaku sebagai penggemar "Si Merah" pula, Hugh sepertinya bertambah senang. Begitu masuk pada obrolan Liverpool, antusiasmenya berbuncah-buncah.
Salah satu cerita paling menarik dari Hugh adalah dia menikahi seorang Evertonian, yang notabene adalah rival Liverpudlian. Meski ia dan Julie (48) sudah menjadi suami-istri selama puluhan tahun, tapi sebagai suporter, rupanya memang harus ada "batas-batas" di antara mereka.
"Saya asli Liverpool dan saya adalah fans Liverpool. Setiap musim saya memegang tiket terusan dan ini buktinya (sambil menunjukkan season ticket miliknya)," ucap Hugh.
"Sayangnya istri saya adalah seorang Everton. Jika ada derby Merseyside, saya tidak pernah berbicara dengannya dan baru berbincang lagi setelah itu. Ya, begitulah, kehidupan kami sejak pacaran dulu," tutur dia.
Mengenai derby Merseyside, meskipun termasuk salah satu derby paling terkenal di dunia, duel klub satu kota ini punya sejumlah keunikan. Derby ini dipandang pula dengan sebuah "derby yang bersahabat" karena di kota tersebut banyak keluarga yang anggotanya adalah suporter Liverpool dan Everton.
Kembali ke Hugh, secara keseluruhan -- tentu saja -- perbedaaan "agama" sepakbola yang mereka anut itu tidak menghalangi persatuan mereka sebagai suami-istri. Mereka telah bersama selama 28 tahun dan telah dikaruniai dua anak laki-laki, yang berumur 26 dan 21 tahun.
Meski demikian, tetap ada "aturan-aturan" tertentu yang mereka buat terkait "rivalitas" klub yang mereka cintai itu.
"Saya tak pernah mengizinkannya menonton langsung Everton di Goodison Park. Saya pun tidak pernah ingin ke sana -- dan juga Old Trafford!" cetus Hugh.
Mendengar cerita-ceritanya tentang Liverpool, saya dan kawan saya Fajar sering cengar-cengir dan mengangguk-angguk. Dibanding kami yang "fans jarak jauh", Hugh tentu saja sangat "nyata" dalam kehidupan Liverpool-nya. Dan dia sangat menyenangkan.
Ketika rombongan kami akan meninggalkan kota di tepi sungai Merseyside, dan kembali ke tanah air, Hugh dengan sigap menjemput kami dari hotel pagi-pagi sekali, untuk menuju bandara di Manchester. Fajar pun memberi kenang-kenangan berupa syal komunitasnya kepada Hugh, sebagai tanda terima kasih dan pertemanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar