Pertama, Aurora Terlihat di Uranus
Penulis : Yunanto Wiji Utomo | Senin, 16 April 2012 | 20:40 WIB
Laurent Lamy Citra Aurora di Uranus, tampak sebagai bintik putih.
Laurent Lamy, astronom dari Observatoire de Paris di Meudon, Perancis, mengatakan terakhir kali sinyal adanya aurora di Uranus adalah ketika wahana Voyager 2 NASA mengitari Uranus tahun 1986.
"Tapi ini pertama kali kami bisa benar-benar melihat cahaya itu bersinar dengan teleskop yang berbasis di Bumi," kata Lamy seperti dikutip National Geographic, Jumat (13/4/2012).
Aurora adalah cahaya yang biasa terlihat di lintang tinggi Bumi, Jupiter dan Saturnus. Aurora terbentuk ketika badai Matahari mencapai suatu planet dan beribnteraksi dengan magnetosfer planet tersebut.
Aurora terjadi di kutub sebuah planet. Ketika partikel bermuatan berinteraksi dengan medan magent, maka partikel itu akan dilemparkan ke atmosfer. Di sana, partikel bermuatan bertumbukan dengan udara sehingga membentuk cahaya.
Astronom telah mencoba mendeteksi adanya aurora di Uranus pada tahun 1998 dan 2005, namun gagal.
Pada bulan September tahun 2011, Larry dan timnya mempelajari badai matahari yang menuju Uranus, planet yang kurang lebih berjarak 4 muiliar kilometer dari Bumi. Ilmuwan sengaja merancang agar pengamatan dengan teleskop Hubble bersamaan dengan badai Matahari. 6 Minggu berikutnya, tim ilmuwan berhasil mengamati aurora Uranus.
"Kami sangat beruntung bisa menangkap kilatan cahaya yang redup ini," kata Lamy.
Astronom mengungkapkan, aurora Uranus memiliki keunikan. Hal ini berkaitan dengan oroentasi planet tersebut.
Tak seperti 7 planet lainnya, sumbu magnetik Uranus 60 derajat dari axis putarannya. Sementara, sumbu putarannya 98 derajat secara relatif terhadap orientasi sistem orbit Tata Surya. Dengan kata lain, Uranus seperti berputar dengan poros bagian sampingnya.
Aurora di Uranus punya umur sangat singkat. Menurut Lamy, ini berkaitan dengan perbedaan orientasi datangnya partikel bermuatan dari matahari dan medan magnet planet yang tak biasa.
"Aurora ini menawarkan kunci lokasi pasti axis magnetik, yang nantinya mengijinkan kita untuk mengetahui bagian mana dari magnetosfer yang aktif," papar Lamy.
"Tak ada keraguan bahwa Uranus adalah planet yang misterius. Kita hanya belum tahu terlalu banyak tentang planet itu, terutama magnetosfernya, tapi pelan-pelan kita akan menguak rahasianya," tambah Lamy.
Lamy mengungkapkan perlunya mengobservasi Uranus lebih lanjut. Hasil observasi Lamy dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar