Satu Korban Masih Dicari
Penulis : Mohamad Burhanudin | Kamis, 29 November 2012 | 19:25 WIB
Shutterstock Ilustrasi
ACEH TIMUR, KOMPAS.com - Tiga dari empat korban tergulingnya perahu boat, Senin (26/11/2012), yang ditumpangi rombongan guru program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) di Sungai Simpang Jernih, kawasan Batu Katak, Desa Batu Sumbang, Kecamatang Simpang Jernih, Aceh Timur, telah berhasil ditemukan.
Satu korban lagi, Geugeut Zaludio Sanua Anafi (23), warga Jalan Adipati Agung 1, Cigado, Baleendah, Bandung , saat ini masih dalam pencarian. Korban terakhir yang ditemukan adalah Winda Yulia (22), warga Panumbangan no 11, Kecamatan Panumbangan, Ciamis, Kamis (29/11/2012) sekitar pukul 12.30 di Desa Alor Jambu, Aceh Tamiang.
Penemuan korban bernama Winda ini berawal dari informasi masyarakat yang melihat tubuh korban tersangkut di pinggir Sungai Simpang Jernih di Desa Alor Jambu. Jenazah sudah kami serahkan ke RSUD Aceh Tamiang, Ketua Satuan Tuga s Search and Rescue (SAR) Aceh Tamiang, Syaiful Syahputra, Kamis sore.
Pencarian Geugeut hingga Kamis sore masih terus dilakukan. Tim pencarian terdiri atas Satgas SAR Aceh Tamiang, Satgas SAR Aceh Timur, Tagana Aceh Tamiang, Koramil Kuala Simpang, Polairud Polres Aceh Tamiang, dan Satgas SAR Banda Aceh.
Sebelumnya, tim gabungan SAR tersebut terlebih dahulu menemukan Ahmad (35) dan Martani (45), dua warga Desa Melidi, Simpang Jernih, Aceh Timur pada Rabu (28/11). Ahmad adalah juru mudi perahu, sedangkan Martani adalah warga Melidi yang turut menumpang perahu naas tersebut. Saat ditemukan, Ahmad, Martani, dan Winda sudah dalam keadaan meninggal dunia.
Jenazah Ahmad dan Martani setelah dibawa ke RSUD Aceh Tamiang langsung diserahkan ke keluarganya di Melidi, kata kata Syaiful.
Geugeut dan Winda adalah dua dari empat guru yang mengajar di SMP Negeri 2 Simpang Jernih, yang berada di Desa Melidi, Simpang Jernih. Dua lainnya adalah Irma Yuna (22), warga Medan, Sumatera Utara, dan Hanafi (23), warga Blangkejeren, Gayo Lues, Aceh. Keempat guru tersebut mengikuti program sarjana Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) dan bertugas di SMP tersebut sejak Oktober 2012 lalu.
Geugeut dan Winda berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandang, sedangkan Irma dan Hanafi dari Universitas Negeri Medan (Unimed). Irma dan Hanafi yang ikut rombongan perahu naas itu selamat dan kejadian tersebut dan saat ini dirawat di RSUD Aceh Tamiang.
Pada Senin lalu, keempat guru itu hendak kembali ke Melidi setelah mengikuti rapat rutin guru SM3T di Kota Langsa. Menurut Kepala Sekolah SMPN 2 Simpang Jernih, Ibrahum, ini adalah rapat pertama yang diikuti 4 guru sarjana mengajar itu.
Keempatnya naik perahu boat dari Kuala Simpang, Aceh Tamiang untuk menuju Melidi menyusuri Sungai Simpang Jernih. Selain empat guru itu, di perahu tersebut juga ada dua orang lainnya, yaitu Ahmad (juru mudi atau tekong), dan Martani (warga Melidi).
Sekitar 5 jam perjalanan, persisinya di antara kawasan Desa Batu Sumbang dan Melidi, perahu boat terbalik karena tak mampu melawan arus sungai. Irma dan Hanafi selamat dan berhasil menyelamatkan diri ke tepi sungai dengan menggapai jiriken berisi bensin. Ahmad dan Mantani ditemukan meninggal dunia setelah terbawa arus.
Jenazah Ahmad itemukan sekitar 25 kilometer dari lokasi kejadian pada Rabu (28/11) pagi sekitar pukul 08.20, sedangkan Martani ditemukan 50 kilometer dari lokasi kejadian Rabu malam sekitar pukul 23.00.
Satu korban lagi, Geugeut Zaludio Sanua Anafi (23), warga Jalan Adipati Agung 1, Cigado, Baleendah, Bandung , saat ini masih dalam pencarian. Korban terakhir yang ditemukan adalah Winda Yulia (22), warga Panumbangan no 11, Kecamatan Panumbangan, Ciamis, Kamis (29/11/2012) sekitar pukul 12.30 di Desa Alor Jambu, Aceh Tamiang.
Penemuan korban bernama Winda ini berawal dari informasi masyarakat yang melihat tubuh korban tersangkut di pinggir Sungai Simpang Jernih di Desa Alor Jambu. Jenazah sudah kami serahkan ke RSUD Aceh Tamiang, Ketua Satuan Tuga s Search and Rescue (SAR) Aceh Tamiang, Syaiful Syahputra, Kamis sore.
Pencarian Geugeut hingga Kamis sore masih terus dilakukan. Tim pencarian terdiri atas Satgas SAR Aceh Tamiang, Satgas SAR Aceh Timur, Tagana Aceh Tamiang, Koramil Kuala Simpang, Polairud Polres Aceh Tamiang, dan Satgas SAR Banda Aceh.
Sebelumnya, tim gabungan SAR tersebut terlebih dahulu menemukan Ahmad (35) dan Martani (45), dua warga Desa Melidi, Simpang Jernih, Aceh Timur pada Rabu (28/11). Ahmad adalah juru mudi perahu, sedangkan Martani adalah warga Melidi yang turut menumpang perahu naas tersebut. Saat ditemukan, Ahmad, Martani, dan Winda sudah dalam keadaan meninggal dunia.
Jenazah Ahmad dan Martani setelah dibawa ke RSUD Aceh Tamiang langsung diserahkan ke keluarganya di Melidi, kata kata Syaiful.
Geugeut dan Winda adalah dua dari empat guru yang mengajar di SMP Negeri 2 Simpang Jernih, yang berada di Desa Melidi, Simpang Jernih. Dua lainnya adalah Irma Yuna (22), warga Medan, Sumatera Utara, dan Hanafi (23), warga Blangkejeren, Gayo Lues, Aceh. Keempat guru tersebut mengikuti program sarjana Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) dan bertugas di SMP tersebut sejak Oktober 2012 lalu.
Geugeut dan Winda berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandang, sedangkan Irma dan Hanafi dari Universitas Negeri Medan (Unimed). Irma dan Hanafi yang ikut rombongan perahu naas itu selamat dan kejadian tersebut dan saat ini dirawat di RSUD Aceh Tamiang.
Pada Senin lalu, keempat guru itu hendak kembali ke Melidi setelah mengikuti rapat rutin guru SM3T di Kota Langsa. Menurut Kepala Sekolah SMPN 2 Simpang Jernih, Ibrahum, ini adalah rapat pertama yang diikuti 4 guru sarjana mengajar itu.
Keempatnya naik perahu boat dari Kuala Simpang, Aceh Tamiang untuk menuju Melidi menyusuri Sungai Simpang Jernih. Selain empat guru itu, di perahu tersebut juga ada dua orang lainnya, yaitu Ahmad (juru mudi atau tekong), dan Martani (warga Melidi).
Sekitar 5 jam perjalanan, persisinya di antara kawasan Desa Batu Sumbang dan Melidi, perahu boat terbalik karena tak mampu melawan arus sungai. Irma dan Hanafi selamat dan berhasil menyelamatkan diri ke tepi sungai dengan menggapai jiriken berisi bensin. Ahmad dan Mantani ditemukan meninggal dunia setelah terbawa arus.
Jenazah Ahmad itemukan sekitar 25 kilometer dari lokasi kejadian pada Rabu (28/11) pagi sekitar pukul 08.20, sedangkan Martani ditemukan 50 kilometer dari lokasi kejadian Rabu malam sekitar pukul 23.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar